Friday, July 07, 2006

PR yang lebih membumi


Tulisan di bawah ini sedang menjadi diskusi yang menarik di milis
Perhumas
. Membaca tulisan ini, saya jadi teringat waktu jaman kuliah dulu, pernah kan kita mengadakan seminar nasional di hotel Garuda?? Nah, saya sangat terkesan sekali dengan pembawaan & style dari Bapak Kehumasan Indonesia, Bapak Wisaksono Noeradi. Beliau ini orannya sangat santun sekali dengan setiap orang. Bahkan terhadap pelayan hotel pun, dia sangat menghargai. Pantas kiranya jika beliau ini dijadikan rule of model kehumasan di Indonesia. Coba, kita lihat praktisi PR kita yang masih muda-muda atau yunior. Berhadapan dengan orang pun sering kali mendongakkan kepala, seolah memandang rendah terhadap lawan bicaranya. Saya mengalami sendiri ketika kantor saya bekerjasama dalam sebuah event besar dengan salah satu perusahaan selular terbesar di Indonesia. Nampaknya kita dan saya ini perlu belajar dari seorang Wisaksono Noeradi, yang image tentang seorang PR benar-benar melekat pada dirinya.

Berikut ini petikan tulisan kejadian yang sedang menjadi diskusi hangat di milis Perhumas, seperti yang sudah saya ceritakan di awal tulisan :

============================================


Wartawan vs IndoPacific


Postingan dari bung Radityo Djajoeri :

Saya terus terang agak risau membaca postingan Bung Rakhmat Baihaqi,
wartawan harian SEPUTAR INDONESIA di beberapa milis media.
Secara terbuka ia mengajak rekan-rekan wartawan untuk memboikot
IndoPacific Reputation Management. Sebagai catatan, IndoPacific adalah
termasuk perusahaan konsultan kehumasan papan atas di negeri ini
dengan sederet klien gajah.

Apabila ajakan Bung Rakhmat diamini rekan-rekan wartawan, khususnya
yang ngepos di BEJ dan sekitarnya, tentu saja akan membuat
IndoPacific kalang kabut. Betapa tidak, bertumpuk siaran pers bakal
masuk ke keranjang sampah. Bayangkan andai tak ada seorang pun wartawan
yang hadir saat mereka menggelar acara. Andai semua itu terjadi, tragedi
ini bakal tercatat dalam lembaran hitam sejarah kehumasan di Indonesia.
Namun saat sekilas membaca kasusnya yang menurut saya sepele, apakah
perlu tindakan memboikot IndoPacific? Bukankah yang melakukan
"miskomunikasi" hanya seorang stafnya bernama Fanie, bukan kesalahan
institusi? Akan lebih bijaksana bila Bung Rakhmat dapat berbicara
secara baik-baik dengan Fanie, atau sebaliknya. Saya yakin
itu hanya kekhilafan kecil semata. PR Officer juga kan manusia...

Semalam saya sempat berbincang dengan seorang praktisi kehumasan
tentang kasus ini - maaf, nama dirahasiakan. Menurutnya, soal itu tak perlu
dibesar-besarkan, hanya masalah miskomuninasi antara PR Officer dan
wartawan semata . Ia cuma menegaskan perlunya bule-bule yang bekerja
di negeri ini untuk lebih mendalami "Indonesian approach" yang
khas, mengingat strategi kehumasan yang diterapkan di AS dan Eropa
kadang tak pas diterapkan disini. Kadang sikap terlalu 'strict'
terhadap wartawan malah berbuntut buruk.

Ia juga menambahkan bahwa kemungkinan besar staf IndoPacific tersebut
sedang mengalami depresi sehingga ucapannya menyinggung perasaan
wartawan yang sudah ia kenal cukup lama. Tak heran kalau
si wartawan merasa dilecehkan dan medianya dianggap 'ecek-ecek'. Misal
dijawab dengan pilihan kalimat yang enak, tentu tak akan membuat
si wartawan tersebut marah-marah. "Zaman sekarang depresi itu kudu
jadi life style yang musti dikelola dengan baik. Itu kan part of PR
juga," ujarnya.

Berikut postingan dari Bung Rakhmat:

From: Rakhmat Baihaqi
E-mail: rakhmat_b@...
Date: Thu, 15 Jun 2006 03:31:46 -0700 (PDT)
Subject: [PERS-Indonesia] Ajakan Boikit Indopacific

Teman-Teman Bursa Efek Yang Ganteng dan Manis
Perihal kejadian yang saya dan Ardian "Detik Porter" alami, ketika kami ingin meliput acara
konferensi pers Sari Husada. Namun setelah dengan lelah, letih dan capek sampai di tempat
konfrensi Pers, Fanie Indopacific dengan entengnya mengatakan, "Maaf yah mas, ini cuma media
briefing dengan 8 media, jadi kalian tidak boleh masuk".

Kesel, marah, muak bercampur jadi satu mendengar perkataan Fanie itu. Pasalnya,
Fanie sudah kenal kami banget. Mendengar jawaban itu, kesannya Detik dan
Sindo merupakan media ecek-ecek. Yang diundang oleh Fanie Indopacific kalau
ada launching aja. Kurang ajar tuh cewek.

Pengalaman ini sudah dialami oleh Ardian 3 kali dengan Indopacific.
Lagi-lagi dengan Indopacific. Atas kejadian yang kesekian kalinya ini
MAKA kami mengajak Forum Wartawan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan sekitarnya
untuk MEMBOIKOT BERITA DAN UNDANGAN DARI INDOPACIFIC.

Kami berharap ajakan ini mendapat respon dari teman-teman media
lainnya.......

Rakhmat Baihaqi


----------------------------------------------------------------

Berikut postingan dari Fannie tentang kejadian tersebut :

From: "Fannie Waldhani"
Cc: "Chadd McLisky"
Date: Mon Jul 3, 2006 3:38 pm
Subject: Letter to mailing lists fannie@indopacificpr....
Send Message
Edit Membership


Rekan-rekan yang terhormat,

Terima kasih atas berbagai masukan berharga yang diberikan pada perusahaan kami melalui mailing list ini. Dengan rendah hati, semua masukan tersebut kami terima dengan baik untuk lebih meningkatkan layanan kami di masa yang akan datang.

Sehubungan dengan hal tersebut, berikut kami lampirkan penjelasan dari Management Indo Pacific dengan harapan dapat memberikan klarifikasi atas permasalahan yang ada.

Semoga hubungan kerja antara Indo Pacific dan rekan media akan terus berlanjut dengan baik di masa datang.

Salam,
Fannie Waldhani
Indo Pacific
Reputation Management Consultants
Telephone: (62-21) 781-2436
Facsimile: (62-21) 781-2423
E-mail: fannie@...
Website: www.indopacific.net


--------------------------------------------------------------------------------

Dear all:

I wanted to take this opportunity to give a few words of explanation to the recent issues regarding an invitation-only media event that Indo Pacific Reputation Management Consultants held for our client.

Firstly I wanted to apologize to the media who were declined admission at the limited media briefing. Perhaps Indo Pacific did not handle or explain the situation as best it could have to those who were not invited, so I sincerely apologize if you were upset at being denied admission.

We are fully aware that the media are very critical to our success here in Indonesia. We would never intentionally insult or upset any of our media colleagues with whom we work so closely.

However it is important to be aware that as public relations consultants we walk a middle road. On one hand supporting and advising our clients on the best communications strategies, knowing particular corporate situations and challenges. On the other hand we attempt to ensure that the news we present is professional and newsworthy so that we can gain your support and maximize our clients' media coverage.

All public relations consultants use various strategies to advise their clients, from large scale media events to one on one interviews and a mixture in between.

In this case, Indo Pacific jointly with the client agreed (and differing from an incorrect comment that was passed through the mailing list), on a limited scale invitation-only media briefing. All public relations consultants face a dilemma when confronted with this strategy. So many important media! Which ones to invite? Which ones to leave out?

However we have to make a valued judgment at the time. On the day of the event, sometimes we have allowed one of two more media in to events who were not invited, but on this occasion we agreed that we would abide by our decision.

I see it was having a group of 50 friends, but on one day you only invite 8 to dinner. The others may hear about dinner, but certainly do not turn up, nor do they get offended. This is the way that we, as public relations professionals view this type of strategy.

I also read in one of the emails about the ‘bules’ not understanding the media culture here in Indonesia. I can assure you that we are very aware to cultural sensitivities, whether it is the ‘bules’ or the majority of our Indonesian professionals. But I can assure you that the same strategies are used in every country. Indo Pacific certainly did not create the concept of an invitation-only media event.

Yes we have to build close relationships with our media colleagues but we also have our clients to protect. Sometimes it is a very difficult middle road to walk.

So I hope you understand Indo Pacific's position, being no different from any other professional public relations firm in Indonesia or elsewhere.

Again I apologize to those media who were upset. We certainly did not have any intention to do so.

Thank you for your support and we look forward to long and close relationships with you all over the coming years.