Friday, June 30, 2006

Jadi dosen dadakan

Awal mei lalu aku dikontak mas Nunung untuk bisa jadi dosen praktisi di kampus untuk mata kuliah yang dia pegang, yaitu Dasar - dasar Penulisan. Katanya kalo bisa pertengahan mei. Memastikan jadwal buat aku yang lagi jadi wartawan ini adalah bukan hal yang mudah. Aku bisa tiba - tiba harus ada di luar kota atau panggilan tugas yang gak bisa ditinggalin pada tanggal yang udah dijanjiin. Makanya waktu itupun, proses penentuan tanggal kapan aku bisa hadir di kampus pun lumayan alot.

Sampai pada akhirnya aku dapet kepastian, bahwa aku yang ditugasin berangkat ke Bali untuk ngeliput KTT D-8 tanggal 12-14 mei. Baru aku bisa confirm ke mas nunung kalo aku bisa me reroute tiket ku ke Jogja, dan hadir di kampus senin pagi. So jadilah tanggal 15 mei jam 9 pagi, aku jadi dosen dadakan. Kupikir ngajar kelas kecil di ruangan kuliah yang biasa kita pake dulu. Ternyata mas nunung udah nyiapin ruangan seminar, lengkap dengan sound and moderator plus snack buat bu dosen dadakan ini.

Agak nervous awalnya, gile nih gue mesti ngomong apa ngadepin orang 80an begini. But ternyata once pegang mike, mengalirlah dengan lancar apa yang ada di kepala. Sempet bikin anak - anak 2003 peserta kuliah itu agak takjub, waktu CV ku dibacain dan mereka tau kalo aku kelahiran '75, mereka semua bengong. Gak ngira kali kalo gue dah tante - tante hehehe, soalnya aku dateng emang casual banget, jeans, kemeja and ransel, ya journalist style gitu.

Disitu aku cuma share aja kerjaan ku jadi wartawan sehari - hari gimana, kan emang berkaitan dengan aktivitas tulis menulis. But intinya sih aku bilang ke mereka, bahwa kemampuan tulis menulis tidak hanya dibutuhkan oleh orang yang berprofesi wartawan. PRO, copy writer, marketer, business development, dan rasanya hampir semua bidang pekerjaan membutuhkan kemampuan menulis yang baik. Dari menulis laporan tahunan, marketing plan, bikin tag iklan yang catchy, sampai jadi dosen pun butuh kemampuan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan dengan baik.

Selain itu aku tekankan pentingnya menjalin networking sejak dari kuliah. Manfaatkanlah nama besar almamater yang kita sandang, karena itu yang jadi keyword dan gateaway kita untuk masuk ke dunia kerja. Di istana presiden aja nih fyi UGM klan cukup kuat memegang posisi - posisi penting, tapi gue sih masih masuk kategori cungpret belom jadi jubir hehehehe.

Banyak pertanyaan dan pernyataan yang butuh konfirmasi dari mereka yang diajukan. Ya sama lah kayak kita juga dulu ketika ikut SP dan melihat dunia kerja dari luar. Seru, rasanya menurutku adek - adek kelas kita sudah jauh lebih kritis dibanding kita dulu. Yang jelas aku menggunakan kesempatan ini untuk membrain wash mereka untuk menjadi lebih aktif tampil, pintar " menjual" diri dalam konteks positif tentunya, dan memanfaatkan jaringan yang ada bahkan membangun jaringan baru. Orang pinter tapi kalo gak ada orang tau trus buat apa kepinterannya kan ?

Juga soal skil bahasa Inggris yang aku push ke mereka untuk di upgrade, aku juga selama session itu juga make bahasa campur - campur Inggris juga. Just checking mereka ngeh gak nih sama istilah - istilah yang ku pake.

Ya begitulah sedikit cerita dari dua jam di kampus, rasanya aneh juga balik kesana dan duduk di depan ruangan seminar itu, menatap puluhan pasang mata yang melihat dengan penuh harapan. Semoga meskipun sedikit bakti kami pada almamater ( hehehe kayak hymne Gadjah Mada ) bisa berguna buat jadi inspirasi bagi adek - adek kelas kita, biar lebih baek outputnya dari kita -kita yang masuk 11 tahun lalu :)

Mungkin setelah ini giliran teman - teman yang laen kom 95 yang berprofesi lain yang bisa sharing sama adek - adek nya di kampus.. Jangan lupa juga buat share disini sama kita - kita.

Cheers..
Nenden