Arisan Komunikasi 95 : Laporan Pandangan Mata
Sesuai dengan komitmen awal, hari Minggu 18 Juni 2006 kemarin, rumah saya kebagian tempat untuk pertemuan arisan Komunikasi 95. Sesuai dengan tujuan awal pertemuan ini, menurut ketua angkatan kami, Om Ndaru adalah sekedar untuk silaturahmi, sehingga tali persaudaran kami, alumni komunikasi UGM 95 selalu tetap terjaga dan terpelihara. Sedangkan acara arisan, adalah sekedar gimmick untuk memeriahkan pertemuan itu sendiri.Tanpa persiapan yang berarti, hari Sabtu sore sebelumnya, saya dan isteri berbelanja di pasar untuk sekedar mencari keperluan sekedarnya. Kami bersepakat untuk berbelanja sayur sop dengan lauk tempe (ini makananan favorit saya!! ) dan ikan laut. Untuk pencuci mulutnya, kami berbelanja semangka, melon dan pepaya.
Pagi-pagi sekali, tepat Hari Minggu, 18 Juni 2006, isteri saya dan mbak Warsi (mbak yang bantu bersih-bersih rumah selama ini), sudah mulai memotong-motong bahan sop dan beberapa buah yang kami beli sebelumnya. Sementara saya sendiri, kebagian menyiram dan bersih-bersih rumah bagian depan. Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 09.00. Kebetulan masakan isteri saya juga sudah siap. Saya pun bergegas mandi bergantian dengan isteri, agar terlihat lebih segar untuk menyambut tamu-tamu istimewa kami hari ini.
”Kriiiing.....”. Telepon saya berbunyi. Om Ndaru telepon, dia sudah sampai di Golden Truly. Menanyakan dimana tepatnya rumah saya. Oalah om...om... sudah dikasih peta kok ya masih nanya. Batin saya dalam hati. Langsung saya arahkan Om Ndaru ke Atrium Senen dulu trus berjalan menyusuri underpass Senen. ” Nanti saya jemput di sana memakai motor,” jawab saya. Langsung saya tancap gas memakai motor Kharisma menuju ke underpass Senen. Ketika sampai disana, Om Iyo, suami Temi, terlanjur mengarahkan mobil Xenianya ke arah Fly Over Galur. Ya sudah, akhirnya aku arahkan motorku untuk mengikuti laju Xenia-nya suami Temi. Karena sudah terlanjur naik ke Fly Over, terpaksa harus putar balik lagi menuju Atrium Senen. Jadi rumah saya memang sudah kebablasan jauh hanya karena Om Iyo salah ambil jalan naik ke Fly Over. Sebelnya nih, putar baliknya terlalu jauh sampai ke depan Rumah Sakit Islam !! Kira-kira 2 km-lah dari rumah. Tapi alhamdulilliah rombongan Om Ndaru yang terdiri dari Om Iyo (Suami Tante Temi), Tante Temi dan anaknya, Om Ndaru dan Tante Awi, nyampai juga di rumah saya.
Belum lama menginjakkan kaki di rumah, telepon berdering lagi. Siapa lagi nih.... !! Olala...ternyata Tante Wamin. Kejadiannya sama juga, bingung sampai dimana. Ya sudah, dengan ikhlas, saya relakan untuk jemput lagi di underpass Senen pake motor. Untungnya mobil Tante Wamin belum kebablasan naik ke Fly Over Galur. Jadi lebih cepat mengarahkan laju Kijang Kapsulnya untuk langsung menuju ke rumah saya.
Setelah sampai di rumah, Tante Wamin memperkenalkan rombongannya. Selain suami dan 2 baby sitternya, Tante Wamin juga memperkenalkan putri barunya. Ternyata, Tante Wamin sudah punya bayi baru lagi !. Aduh Tante,...selamat ya atas kelahiran putri barunya. Oh, iya...Tante Wamin juga bawa oleh-oleh untuk kami yakni Kue Bika Ambon. Tante Wamin ini meman baik deh. Thanks ya Te... ;-))
Sambil ngobrol dan cerita-cerita selama kami tidak bertemu, tiba-tiba Om Ferdi datang sambil berkata,” Punya uang kecil untuk bayar ojek??” Oalah...Om Ferdi naik ojek rupanya setelah turun dari Busway. Padahal, jarak halte Busway Galur sampai ke rumah saya sebenarnya tidaklah terlalu jauh. Mungkin mau menggemukkan badan lagi nih Om??? (Ssst... Om Ferdi sekarang aga kurusan dan lebih putih dari sebelumnya lho. Demikian juga Tante Awi, sekarang juga lebih kurusan).
Setalah ngobrol ngalor ngidul, waktu semakin beranjak siang. Sementara perut sudah semakin tidak bisa ditolelir lagi. Akhirnya kami bersepakat untuk makan terlebih dahulu, sebelum acara inti arisan dimulai.
Selesai makan, kami berkumpul dengan ”konfigurasi” seperti ini :
Om Ferdi, selaku bendahara tidak resmi arisan, mengumpulkan semua uang dari peserta arisan (termasuk uang titipan Tante Nadia untuk 6 putaran arisan sebesar Rp. 360 ribu karena Tante Nadia tidak bisa datang)mengocok arisan dan hasil kocokan arisan, diambil oleh isteri saya. Hasilnya, yang menerima arisan untuk putaran ke-2 ini adalah Tante Awi dan Tante Upik. Ya... Tante Upik !! Padahal belum datang nih. Janjinya sih memang mau datang. Om Ndaru pun langsung menelepon Tante Upik untuk segera datang karena hasil kocokan arisan, Tante Upiklah yang berhak untuk menerima arisan setelah melalui proses undian tentunya. Ternyata, Tante Upik baru bisa datang agak sorean karena ada acara terlebih dahulu katanya.
Tepat pukul 14.00 WIB, Tante Temi, Om Iyo( Suami Tante Temi) dan putra semata wayangnya, mohon pamit untuk pulang terlebih dahulu. Karena ada acara, kami pun mempersilahkan Tante Temi untuk pulang terlebih dahulu. Hanya, Om Ndaru dan Tante Awi yang sebelumnya ikut nebeng seaktu berangkat, memilih pulang nanti. Kami pun melanjutkan obrolan kami. Namun sebelum pulang, Tante Temi sempat berpose dengan kami seperti ini :
Sekitar pukul 15.00 sore, Tante Wamin dan rombongan mohon diri untuk pulang. Waduh... padahal Tante Upik belum datang nih. Akhirnya Om Ndaru berinisiatif menelopon Tante Upik lagi. Ternyata Tante Upik sudah nyampe di dekat rumah dan sedang mencari lokasi untuk parkir. Wah, teman ngobrol tambah lagi nih ! Hehehe....
Tante Wamin dan Tante Upik pun akhirnya sempat bertemu dan sambil memamerkan anaknya masing-masing, kami pun kembali bercerita panjang lebar. Upss...Tante Wamin sampai kelupaan mau pulang. Padahal tadi sudah pamit lho. Namun karena Aisyah, putri dari Tante Wamin sudah terlihat capek, Tante Wamin pun mohon diri untuk pulang terlebih dahulu. Kami pun melepasnya Tante Wamin dengan pesan : Hati-hati di jalan ya Tante...
Oh..iya kami pun melanjutkan pose kedua seperti ini sebelum berpisah :
Kami bertujuh (Saya dan isteri, Om Ndaru, Om Ferdi, Tante Awi, Tante Upik dan Om Bimo) pun melanjutkan obrolan kami. Dari mulai gempa di Jogja sampai cerita-cerita tentang dosen kita dahulu, dikupas dengan tuntas.
Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Tante Upik, Om Ndaru, Om Ferdi dan Tante Awi pun pamit ke saya untuk pulang. Om Ndaru, Om Ferdi dan Tante Awi, nebeng ke mobil Xenia-nya Tante Upik untuk diantar sampai halte busway Galur. Selamat jalan Om-om dan Tante-tante yang baik.... sampai ketemu nanti di arisan putaran ketiga 2 bulan lagi di rumah Tante Awi, 13 Agustus 2006. (cahyo)
(Foto-foto lengkap arisan dapat dilihat di Friendster Kom95 atau dilihat di blog saya, menu arisan)
Note :
Sebelum pulang, Tante Upik menitipkan obat nyamuk Sari Puspa untuk disumbangkan ke korban gempa. Terima kasih ya Tante....mudah-mudahan amal baik Tante Upik sekeluarga diterima oleh Allah SWT. Kami juga masih menerima titipan bantuan untuk korban gempa di Jogja. Menurut Om Ndaru, warga Jogja sekarang sudah tidak terlalau membutuhkan sembako namun keperluan seperti alat tulis, buku-buku dsb, masih sangat diperlukan. Oleh sebab itu, teman-teman yang memiliki buku-buku bacaan bekas dan sejenisnya, kami menerima sumbangan dari rekan-rekan semua untuk disalurkan ke korban gempa yang membutuhkan.
<< Home