Thursday, July 27, 2006

Fatwa MUI : Infotainment Haram

Coba baca Koran Tempo hari ini, 27 Juli 2006 edisi cetak. MUI (Majelis Ulama Indonesia) memfatwakan bahwa tayangan infotainment seperti Cek dan Ricek, Kassel, Insert dsb.... dinyatakan haram untuk ditonton. Bagi umat muslim, haram artinya tidak boleh dilihat. Kalau dilihat berarti dosa dan selamanya jangan dilihat ;-) .... Nah lo !!!




Fatwa ini sempat jadi pro dan kontra. Pihak yang pro, lihat di sini. Sedang pihak yang kontra, lihat di situ.... eh di sini juga.

Terlepas dari Fatwa MUI ini, seperti yang pernah kita pelajari waktu kuliah di komunikasi dulu, efek dari siaran Televisi sendiri juga masih pro dan kontra. Namun kesepakatannya, televisi tetap merupakan media yang berpengaruh/memiliki efek, sekecil apa pun itu. Dalam hal ini, memang pemirsa dituntut untuk memiliki filter untuk menyaring mana berita yang baik dan mana yang buruk. Oleh sebab itu, jangan lupa dampingi anak/keponakan/saudara anda yang masih kecil/balita jika menonton TV.

Udah ah.... Mau lihat Mulan Kwok dan Ahmad Dhani dulu aah ...... ;-)


*ngabur...ah*

Wednesday, July 19, 2006

KURANGI NONTON TV, NIKMATI HIDUP!

Posting berikut ini dari web kidia, nampaknya bagus untuk direnungkan
bu
at yang sudah punya anak, adik, keponakan dan terutama kita juga ;-)

---------------------------------------------------------------------------
Mari kita kendalikan teknologi agar teknologi tidak mengendalikan kita


Pengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih & intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi & mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya. Dalam seminggu anak menonton TV sekitar 170 jam. Apa yang mereka pelajari selama itu? Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain.


Faktanya..
Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV.

Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun.

Tidak semua acara TV aman untuk anak. Bahkan, “Kidia” mencatat bahwa pada 2004 acara untuk anak yang aman hanya sekira 15% saja. Oleh karena itu harus betul-betul diseleksi.

Saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman.

Acara TV bisa dikelompokkan dalam 3 kategori: Aman, Hati-hati, dan Tidak Aman untuk anak.

Acara yang ‘Aman’: tidak banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis. Acara ini aman karena kekuatan ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Anak-anak boleh menonton tanpa didampingi.

Acara yang ‘Hati-hati’: isi acara mengandung kekerasan, seks dan mistis namun tidak berlebihan. Tema cerita dan jalan cerita mungkin agak kurang cocok untuk anak usia SD sehingga harus didampingi ketika menonton.

Acara yang “Tidak Aman”: isi acara banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Daya tarik yang utama ada pada adegan-adegan tersebut. Sebaiknya anak-anak tidak menonton acara ini.


Kenapa Kita Harus Mengurangi Menonton TV?

Berpengaruh terhadap perkembangan otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.

Mendorong anak menjadi konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.

Berpengaruh terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.

Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.

Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.

Mengurangi konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.

Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.

Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.

Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.

Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika.


Jadi, Siapa yang Seharusnya Mengurangi Menonton TV?

Semua dan setiap orang. Karena akibat buruk yang diberikan oleh TV tidak terbatas oleh usia, tingkat pendidikan, status sosial, keturunan dan suku bangsa. Semua lapisan masyarakat dapat terpengaruh dampak buruk dari TV, orangtua, anak-anak, si kaya ataupun si miskin, si pintar dan si bodoh, mereka dari latar belakang apa saja, tetap terkena dampak yang sama. Seharusnya instansi pemerintah, instansi pendidikan, instansi agama, keluarga dan individu semua bersama-sama mendukung program ‘Hari Tanpa TV’ ini, untuk membangun bangsa yang lebih baik.


Pertimbangkan Hidup tanpa TV
Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan beragam dampak buruk, banyak keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Sangat penting untuk anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butukan untuk sukses di masa yang akan datang. Kalau menurut Anda hidup tanpa TV itu masih terlalu sulit, maka perlahan batasi dan awasi dengan saksama tontonan anak Anda sepanjang tahun.
Mau melihat generasi anak yang lebih sehat? Keluarga yang lebih dekat? Masyarakat yang lebih madani? Matikan TV. Hal yang mungkin kecil tapi akan berdampak besaaar!
Bantu kami untuk menyebarkan bahaya TV kepada masyarakat, dengan meningkatkan kewaspadaan publik, membantu orang untuk menikmati hidup tanpa TV, membantu mereka melakukan aktivitas yang bebas-TV, dan menawarkan tips-tips sederhana tentang cara melakukannya, kita akan membantu jutaan anak untuk mematikan TV dan menyadari bahwa hidup tanpa TV itu lebih menyenangkan dan menenangkan.
Dengan mematikan TV, kita jadi punya waktu untuk keluarga, teman, dan untuk kita sendiri.

Apa Manfaat HARI TANPA TV?
Dengan TV dalam keadaan mati, kita jadi memiliki kesempatan untuk berpikir, membaca, berkreasi dan melakukan sesuatu. Untuk menjalin hubungan yang lebih menyenangkan dalam keluarga dan masyarakat. Mengurangi waktu menonton TV membuat kita mempunyai lebih banyak waktu untuk bermain di luar, berjalan-jalan atau melakukan olahraga yang kita senangi.


Bagaimana Caranya?

Pergi ke perpustakaan atau ke toko buku terdekat
Biasakan anak Anda membaca buku. Bila sempat, sisakan waktu setiap hari, kalau tidak, beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak Anda atau biarkan sekali-kali anak Anda yang membacakan cerita untuk Anda. Jangan lupa untuk membahas kembali apa yang telah dibaca. Tanyakan kepada mereka tentang ceritanya, bantu mereka menemukan kosakata baru dan ajak anak untuk membaca beragam macam bacaan. Buatlah membaca itu gampang dan menyenangkan bagi anak Anda dengan cara membuat buku berada di sekitar mereka. Ajak mereka ke perpustakaan. Sediakan sebanyak mungkin buku yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku sebagai hadiah ulangtahun, liburan atau lebaran.

• Bercocok tanam
TV menjauhkan kita dari alam. Padahal banyak hal yang bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bisa didapatkan dari menonton TV. Dengan mengajak anak bercocok tanam, Anda bisa mengajarkan kepada anak Anda banyak hal. Mulai membuat taman bunga sendiri, atau bahkan 1 pot saja. Dengan ini anak bisa belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab. Jadi setiap kali ia menyiram bunganya di pagi hari, ia akan ingat bahwa tanaman, seperti kita semua itu mulai dari benih, tumbuh, berkembang dan kelak layu dan mati. Dan selalu perlu air dan matahari!

• Bermain
Hidup anak pada dasarnya adalah bermain. Dengan bermain, anak belajar banyak hal.

• Melihat awan
Aneh? Mungkin. Karena kita tidak dibiasakan menikmati langit. Atau kita biasa hanya terpaku dengan indahnya bintang-bintang di malam hari. Padahal awan itu hampir selalu ada, selalu bergerak dan kadang-kadang membentuk hal-hal yang unik, seperti kuda nil, atau pesawat terbang. Kita bisa mengajak anak untuk menggambarkan bentuk apa yang dia lihat di awan. Kadang mereka bisa melihat 1 awan tapi dengan 2 bentuk yang berbeda. Kita juga bisa mengajaknya membuat puisi tentang awan. Atau biarkan mereka mengarang cerita tentang apa kira-kira rasanya bila kita bisa hidup di awan. Hal ini bisa memicu daya imajinasi dan kreativitas.

Menulis surat
Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak kita. Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos), menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima balasan. Ajak anak menulis surat ke nenek kakek atau saudara yang tinggal jauh. Dan tunggu balasannya! Jika anak mulai mengenal teknologi internet, bisa saja sarana e-mail bisa digunakan untuk melatih kebiasaan menulis.

Jalan-jalan
Jalan-jalan itu mudah dan murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan-jalan ke rumah teman atau sekadar berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga. Kita juga bisa berjalan-jalan ke taman kota dan membuat piknik atau sekadar bermain di sana. Jalan-jalan itu baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bisa mengurangi berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres. Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk lingkungan. Kalau kita lebih sering berjalan dari pada menggunakan transportasi bermesin, kita bisa menghemat 7 milyar gallon bensin dan 9.5 juta ton asap pembuangan kendaraan bermotor pertahunnya. Bayangkan!

Berenang
Semua anak suka bermain air. Jadi ajak anak Anda berenang. Selain sangat menyenangkan, berenang itu juga salah satu cara berolahraga. Kalau bosan untuk berenang di kolam sekitar Anda, ajak anak untuk pergi ke pantai. Selain bermain dengan ombak, anak juga bisa diajak membuat istana yang indah dari pasir dan mengoleksi kerang-kerang yang cantik.

Bersepeda
Kalau dilakukan sendiri, mungkin bisa membosankan. Tapi coba lah bersepeda pagi-pagi bersama seluruh keluarga. Selain murah dan menyehatkan, kita bisa mengajak anak untuk menghias sepedanya menjadi sepeda yang indah.

Mendengarkan radio atau membaca koran
Anak sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran. Padahal mungin mereka bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya dibanding mendengarkan berita di TV. Radio bisa melatih anak untuk mendengarkan dengan baik dan koran bisa mengajak anak untuk menambah wawasannya tentang dunia

Memasak bersama ibu
Masak-memasak bukan hanya kerjaan ’perempuan’, bila sesuai, anak lelaki pun tidak ada salahnya diajak memasak bersama. Suatu hari keahlian itu pasti berguna juga baginya. Ajak anak Anda memasak makanan-makanan ringan yang unik dan mengasyikkan. Misalnya membuat puding semangka kuning atau es krim rasa pisang!

Bikin lomba antar RT
Ini selalu berhasil bila 17 Agustusan tiba. Sekarang kita tidak perli menunggu moment itu. Rancang rencana perRT/RW untuk membuat acara massal anak-anak yang murah meriah setiap minggunya, jadi anak tidak terpukau di depan TV.

• Berolahraga
Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya menyenangkan. Selain jalan-jalan, bersepeda dan berenang, masih banyak lagi olahraga yang bisa dilakukan bersama keluarga. Kalau mau yang sederhana, main badminton. Kalau mau yang lebih menantang, pergi water rafting!

• Bakti sosial
Kita sering lupa mengajak anak untuk memerhatikan orang-orang di lingkungan sekitar yang tidak seberuntung mereka. Ajak anak Anda untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar rumahmu.

Rapikan rumah dan halaman
Biasanya yang ini adalah tugas pembantu rumah tangga. Kali ini, ajak anak Anda untuk memerhatikan tempat tinggalnya sendiri. Karena pembantu tidak selalu ada untuk melayani. Ingatkan anak bahwa pembantu disebut demikian karena tugasnya memang ’membantu’ hal-hal yang kita tidak bisa kerjakan. Bukan sebaliknya. Dengan demikian anak akan belajar untuk bertanggung jawab dan lebih menghargai pembantu. Lagipula, tinggal di lingkungan yang rapi dan bersih itu sehat dan menyenangkan.

Ambil les
Pelajaran di sekolah hanya melatih otak kiri. Jangan lupa untuk melatih otak kanannya. Ambil les yang menarik dan sesuai dengan bakat anak anda. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola atau drumnya, atau les menari mulai dari tarian daerah, tarian modern dan ballet, atau les-les lainnya. Tapi ingat, jangan sampai les-les ini menambah beban belajar yang sudah menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat juga.

Bercengkrama dengan keluarga
Nah ini yang mahal. Karena penelitian mengatakan bahwa 54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan ayahnya. Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan dengan keluarga tidak bisa dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu kita untuk keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong aktivitas sehari-hari.

Belajar
Sebetulnya apapun yang kita lakukan merupakan pembelajaran. Jadi belajar itu bukan hanya lewat buku. Belajar hal-hal baru yang belum kita ketahui. Belajar naik motor atau membuat sarang burung dari kayu. Belajar mengantri, belajar main basket atau belajar untuk sehari saja tidak nonton TV dulu..!

Mengerjakan keterampilan tangan
Banyak buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga kita bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga dari sabun mandi.

Ke kebun binatang atau musium
Mengunjungi kebun binatang selalu menyenangkan. Karena kita bisa melihat beragam binatang yang tidak biasa kita lihat sehari-hari. Anak-anak biasanya menyukainya. Bila berani, ada waktu, dan transportasi, kita juga bisa mengunjungi taman safari dan bersentuhan dengan binatang-binatang itu secara langsung. Selain itu, musium juga menarik untuk dikunjungi. Dari musium kita bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat langsung artifak-artifak menarik tentangnya.

Tidak punya waktu? Matikan saja TV-nya dulu. Mengurangi waktu menonton TV memang terkesan susah pada awalnya, tapi ternyata toh ada ribuan hal lain yang menarik untuk dilakukan, bukan?

Tips cara mematikan TV
Pindahkan TV ke tempat yang tidak begitu ‘mencolok’
• Matikan TV pada waktu makan.
• Tentukan hari-hari apa saja dalam seminggu yang akan dilalui tanpa TV.
• Jangan gunakan kesempatan menonton TV sebagai hadiah.
• Berhenti berlangganan channel tambahan (cable, dll) dan gunakan uangnya untuk membeli hal-hal yang berguna lainnya, seperti buku.
• Pindahkan TV dari kamar anak Anda.
• Sembunyikan remote controlnya.
• Tidak ada TV di hari sekolah.

Jangan terlalu khawatir bila anak mengaku bosan, karena kebosanan itu lama-lama akan menghilang dan biasanya justru menciptakan kreativitas. Karena anak banyak dipengaruhi dengan yang dilakukan orangtua mereka, adalah sangat penting untuk memperhatikan bahwa usaha apa saja, seperti lebih banyak berolahraga, mengonsumsi makanan yang lebih bergizi atau menonton TV lebih sedikit, dilakukan sebagai ‘acara keluarga’ sehingga mematikan TV adalah usaha yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga untuk menyisihkan waktu bercengkrama bersama.

(Diolah dari: turnofftv.org oleh Yayasan Kita dan Buah Hati; dan Kidia.)(*)

Gerakan HARI TANPA TV



Sekitar 60 juta anak Indonesia menonton TV selama berjam-jam hampir sepanjang hari. Apa yang ditonton? Anak-anak menonton acara TV apa saja karena kebanyakan keluarga tidak memberi batasan menonton yang jelas. Mulai dari acara gosip selebritis; berita kriminal berdarah-darah; sinetron remaja yang penuh kekerasan, seks, intrik, mistis, amoral; film dewasa yang diputar dari pagi hingga malam; penampilan grup musik yang berpakaian seksi dan menyanyikan lagu dengan lirik orang dewasa; sinetron berbungkus agama yang banyak menampilkan rekaan azab, hantu, iblis, siluman, dan seterusnya. Termasuk juga acara anak yang banyak berisi adegan yang tidak aman dan tidak pantas ditonton anak.

Bayangkan kalau anak-anak kita adalah satu dari mereka yang tiap hari harus menelan hal-hal dari TV yang jelas-jelas tidak untuk mereka tapi untuk orang dewasa. Anak-anak akan sangat berpotensi untuk kehilangan keceriaan dan kepolosan mereka karena masuknya persoalan orang dewasa dalam keseharian mereka. Akibatnya, sering terjadi gangguan psikologi dan ketidakseimbangan emosi dalam bentuk kesulitan konsentrasi, perilaku kekerasan, persepsi yang keliru, budaya ‘instan’, pertanyaan-pertanyaan yang ‘di luar dugaan’ dan sebagainya.

Hanya sedikit anak yang beruntung bisa memiliki berbagai kegiatan, fasilitas, dan orangtua yang baik sehingga bisa mengalihkan waktu anak untuk hal-hal yang lebih penting daripada sekadar menonton TV. Namun jutaan orangtua di Indonesia pada umumnya cemas dan khawatir dengan isi siaran TV kita. Kalangan industri televisi punya argumentasi sendiri mengapa mereka menyiarkan acara-acara yang tidak memperhatikan kepentingan anak dan remaja. Intinya, kepentingan bisnis telah sangat mengalahkan dan menempatkan anak dan remaja kita sekadar sebagai pasar yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya. Meski beberapa stasiun TV sudah mulai memperbaiki isi siaran mereka, itu tetap tidak bisa menghilangkan kesalahan mereka di masa lalu dalam memberi ‘makanan’ yang merusak jiwa puluhan juta anak Indonesia.

Pemerintah maupun institusi lain, terbukti tidak mampu membuat peraturan yang bisa memaksa industri televisi untuk lebih sopan menyiarkan acaranya. Sehingga, tidak ada pilihan lain kecuali individu sendiri yang harus menentukan sikap menghadapi situasi ini. Anggota masyarakat yang bersatu dan memiliki sikap yang sama untuk menolak perilaku industri televisi kita, akan menjadi kekuatan yang besar apabila jumlahnya makin bertambah. Penolakan oleh masyarakat yang me rupakan pasar bagi industri televisi, pada saatnya akan menjadi kekuatan yang luar biasa besar.

Untuk itulah perlu ada “Gerakan HARI TANPA TV”. Hari Minggu 23 Juli 2006 bertepatan dengan HARI ANAK NASIONAL dipilih sebagai HARI TANPA TV sebagai bentuk keprihatinan masyarakat terhadap tayangan TV yang tidak aman dan tidak bersahabat untuk anak. Keberhasilan dari gerakan ini akan membuktikan bahwa apabila masyarakat bisa bersatu melakukan penolakan terhadap perilaku industri televisi, maka sejak saat itulah kita bisa berharap ada perbaikan.

Jadi, berikanlah dukungan dan bergabunglah untuk mengikuti HARI TANPA TV. Pada hari itu, matikan TV selama sehari dan ajaklah anak-anak untuk melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat.

www.kidia.org
Jakarta, 14 Juli 2006
B. Guntarto, 70884101.
YPMA / Komunitas TV Sehat
Koordinator HARI TANPA TV.

Tuesday, July 18, 2006

Tawaran magang di PERTAMINA

Berita dari milis PERHUMAS :

Dan ini tulisan dari Pak Ridwan Nyak Baik, PRO dari PERTAMINA sbb :

Rekans all;

Untuk trend baru ini, silahkan kunjungi webb Pertamina, selaku pemenang pertama lomba webb dan cyber news KNH 2006 Perhumas.

Bagi mahasiswa yang berminat untuk mendalami perihal dimaksud dapat mengajukan permohonan magang di PR Pertamina Korporat.

Syaratnya :


1. Surat dari ketua jurusan atau dekan yang menyatakan anda sudah waktunya menhikuti OJT

2. Surat ditujukan ke Pusjarbangpim Pertamina, Jl. Terusan Simprug, Jakarta Selatan.

3. Tembusannya disampaikan ke Kepala Divisi Hupmas Pertamina, Jl. Perwira No. 6 Jakarta Pusat.

Untuk akses mau lihat-lihat atau ingin mengikuti beritanya, klik : www.pertamina.com.

Rgds;


Ridwan Nyak Baik


Friday, July 07, 2006

PR yang lebih membumi


Tulisan di bawah ini sedang menjadi diskusi yang menarik di milis
Perhumas
. Membaca tulisan ini, saya jadi teringat waktu jaman kuliah dulu, pernah kan kita mengadakan seminar nasional di hotel Garuda?? Nah, saya sangat terkesan sekali dengan pembawaan & style dari Bapak Kehumasan Indonesia, Bapak Wisaksono Noeradi. Beliau ini orannya sangat santun sekali dengan setiap orang. Bahkan terhadap pelayan hotel pun, dia sangat menghargai. Pantas kiranya jika beliau ini dijadikan rule of model kehumasan di Indonesia. Coba, kita lihat praktisi PR kita yang masih muda-muda atau yunior. Berhadapan dengan orang pun sering kali mendongakkan kepala, seolah memandang rendah terhadap lawan bicaranya. Saya mengalami sendiri ketika kantor saya bekerjasama dalam sebuah event besar dengan salah satu perusahaan selular terbesar di Indonesia. Nampaknya kita dan saya ini perlu belajar dari seorang Wisaksono Noeradi, yang image tentang seorang PR benar-benar melekat pada dirinya.

Berikut ini petikan tulisan kejadian yang sedang menjadi diskusi hangat di milis Perhumas, seperti yang sudah saya ceritakan di awal tulisan :

============================================


Wartawan vs IndoPacific


Postingan dari bung Radityo Djajoeri :

Saya terus terang agak risau membaca postingan Bung Rakhmat Baihaqi,
wartawan harian SEPUTAR INDONESIA di beberapa milis media.
Secara terbuka ia mengajak rekan-rekan wartawan untuk memboikot
IndoPacific Reputation Management. Sebagai catatan, IndoPacific adalah
termasuk perusahaan konsultan kehumasan papan atas di negeri ini
dengan sederet klien gajah.

Apabila ajakan Bung Rakhmat diamini rekan-rekan wartawan, khususnya
yang ngepos di BEJ dan sekitarnya, tentu saja akan membuat
IndoPacific kalang kabut. Betapa tidak, bertumpuk siaran pers bakal
masuk ke keranjang sampah. Bayangkan andai tak ada seorang pun wartawan
yang hadir saat mereka menggelar acara. Andai semua itu terjadi, tragedi
ini bakal tercatat dalam lembaran hitam sejarah kehumasan di Indonesia.
Namun saat sekilas membaca kasusnya yang menurut saya sepele, apakah
perlu tindakan memboikot IndoPacific? Bukankah yang melakukan
"miskomunikasi" hanya seorang stafnya bernama Fanie, bukan kesalahan
institusi? Akan lebih bijaksana bila Bung Rakhmat dapat berbicara
secara baik-baik dengan Fanie, atau sebaliknya. Saya yakin
itu hanya kekhilafan kecil semata. PR Officer juga kan manusia...

Semalam saya sempat berbincang dengan seorang praktisi kehumasan
tentang kasus ini - maaf, nama dirahasiakan. Menurutnya, soal itu tak perlu
dibesar-besarkan, hanya masalah miskomuninasi antara PR Officer dan
wartawan semata . Ia cuma menegaskan perlunya bule-bule yang bekerja
di negeri ini untuk lebih mendalami "Indonesian approach" yang
khas, mengingat strategi kehumasan yang diterapkan di AS dan Eropa
kadang tak pas diterapkan disini. Kadang sikap terlalu 'strict'
terhadap wartawan malah berbuntut buruk.

Ia juga menambahkan bahwa kemungkinan besar staf IndoPacific tersebut
sedang mengalami depresi sehingga ucapannya menyinggung perasaan
wartawan yang sudah ia kenal cukup lama. Tak heran kalau
si wartawan merasa dilecehkan dan medianya dianggap 'ecek-ecek'. Misal
dijawab dengan pilihan kalimat yang enak, tentu tak akan membuat
si wartawan tersebut marah-marah. "Zaman sekarang depresi itu kudu
jadi life style yang musti dikelola dengan baik. Itu kan part of PR
juga," ujarnya.

Berikut postingan dari Bung Rakhmat:

From: Rakhmat Baihaqi
E-mail: rakhmat_b@...
Date: Thu, 15 Jun 2006 03:31:46 -0700 (PDT)
Subject: [PERS-Indonesia] Ajakan Boikit Indopacific

Teman-Teman Bursa Efek Yang Ganteng dan Manis
Perihal kejadian yang saya dan Ardian "Detik Porter" alami, ketika kami ingin meliput acara
konferensi pers Sari Husada. Namun setelah dengan lelah, letih dan capek sampai di tempat
konfrensi Pers, Fanie Indopacific dengan entengnya mengatakan, "Maaf yah mas, ini cuma media
briefing dengan 8 media, jadi kalian tidak boleh masuk".

Kesel, marah, muak bercampur jadi satu mendengar perkataan Fanie itu. Pasalnya,
Fanie sudah kenal kami banget. Mendengar jawaban itu, kesannya Detik dan
Sindo merupakan media ecek-ecek. Yang diundang oleh Fanie Indopacific kalau
ada launching aja. Kurang ajar tuh cewek.

Pengalaman ini sudah dialami oleh Ardian 3 kali dengan Indopacific.
Lagi-lagi dengan Indopacific. Atas kejadian yang kesekian kalinya ini
MAKA kami mengajak Forum Wartawan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan sekitarnya
untuk MEMBOIKOT BERITA DAN UNDANGAN DARI INDOPACIFIC.

Kami berharap ajakan ini mendapat respon dari teman-teman media
lainnya.......

Rakhmat Baihaqi


----------------------------------------------------------------

Berikut postingan dari Fannie tentang kejadian tersebut :

From: "Fannie Waldhani"
Cc: "Chadd McLisky"
Date: Mon Jul 3, 2006 3:38 pm
Subject: Letter to mailing lists fannie@indopacificpr....
Send Message
Edit Membership


Rekan-rekan yang terhormat,

Terima kasih atas berbagai masukan berharga yang diberikan pada perusahaan kami melalui mailing list ini. Dengan rendah hati, semua masukan tersebut kami terima dengan baik untuk lebih meningkatkan layanan kami di masa yang akan datang.

Sehubungan dengan hal tersebut, berikut kami lampirkan penjelasan dari Management Indo Pacific dengan harapan dapat memberikan klarifikasi atas permasalahan yang ada.

Semoga hubungan kerja antara Indo Pacific dan rekan media akan terus berlanjut dengan baik di masa datang.

Salam,
Fannie Waldhani
Indo Pacific
Reputation Management Consultants
Telephone: (62-21) 781-2436
Facsimile: (62-21) 781-2423
E-mail: fannie@...
Website: www.indopacific.net


--------------------------------------------------------------------------------

Dear all:

I wanted to take this opportunity to give a few words of explanation to the recent issues regarding an invitation-only media event that Indo Pacific Reputation Management Consultants held for our client.

Firstly I wanted to apologize to the media who were declined admission at the limited media briefing. Perhaps Indo Pacific did not handle or explain the situation as best it could have to those who were not invited, so I sincerely apologize if you were upset at being denied admission.

We are fully aware that the media are very critical to our success here in Indonesia. We would never intentionally insult or upset any of our media colleagues with whom we work so closely.

However it is important to be aware that as public relations consultants we walk a middle road. On one hand supporting and advising our clients on the best communications strategies, knowing particular corporate situations and challenges. On the other hand we attempt to ensure that the news we present is professional and newsworthy so that we can gain your support and maximize our clients' media coverage.

All public relations consultants use various strategies to advise their clients, from large scale media events to one on one interviews and a mixture in between.

In this case, Indo Pacific jointly with the client agreed (and differing from an incorrect comment that was passed through the mailing list), on a limited scale invitation-only media briefing. All public relations consultants face a dilemma when confronted with this strategy. So many important media! Which ones to invite? Which ones to leave out?

However we have to make a valued judgment at the time. On the day of the event, sometimes we have allowed one of two more media in to events who were not invited, but on this occasion we agreed that we would abide by our decision.

I see it was having a group of 50 friends, but on one day you only invite 8 to dinner. The others may hear about dinner, but certainly do not turn up, nor do they get offended. This is the way that we, as public relations professionals view this type of strategy.

I also read in one of the emails about the ‘bules’ not understanding the media culture here in Indonesia. I can assure you that we are very aware to cultural sensitivities, whether it is the ‘bules’ or the majority of our Indonesian professionals. But I can assure you that the same strategies are used in every country. Indo Pacific certainly did not create the concept of an invitation-only media event.

Yes we have to build close relationships with our media colleagues but we also have our clients to protect. Sometimes it is a very difficult middle road to walk.

So I hope you understand Indo Pacific's position, being no different from any other professional public relations firm in Indonesia or elsewhere.

Again I apologize to those media who were upset. We certainly did not have any intention to do so.

Thank you for your support and we look forward to long and close relationships with you all over the coming years.

Dicari : Presenter untuk TransTV

Meneruskan email dari Om Faried yang kerja di dunia broadcsting, berikut ini ada lowongan menjadi presenter di stasiun TRANSTV :

Perempuan muda berpenampilan menarik dan berwajah keibuan, untuk

menjadi Presenter Program Jelang Siang di Trans TV.

Kriteria :
1. Mahasiswi jurusan apapun, dengan IPK minimal 2,5
2. Usia antara 20-25 tahun
3. Belum menikah
4. Tinggi badan minimal 165 cm, berat badan proporsional
5. Berwawasan luas, mengikuti perkembangan berita
6. Pekerja keras, tidak manja, supel
7. Berdomisili di Jakarta dan sekitarnya
8. Bersedia memprioritaskan Jelang Siang dan sanggup untuk
sesekali taping di luar kota


Kirim CV dan foto close-up dan seluruh badan kamu yang terbaru ke
aditya@transtv.co.id

atau dikirim langsung ke :

Aditya Wardani (Jelang Siang)
Divisi News Lantai 3
Gedung Trans TV
Jl. Kapten P. Tendean Kav 12-14A
Mampang Jakarta Selatan 12790

Paling lambat Rabu, 12 Juli 2006.

Jika memenuhi kriteria, akan dipanggil untuk mengikuti tahap casting
di Trans TV.


Mudah-mudahan bermanfaat....